Mata Mata Bola

Mata Mata Bola
Mengupas Tuntas Yang Tidak Terlihat Mata Anda

Cari Blog Ini

Laman

Kamis, 15 April 2010

Benda-benda aneh yang dilemparkan penonton ke dalam lapangan sepakbola

1. Kepala Babi


Ini merupakan bentuk kekesalan fans Barcelona terhadap Luis Figo, karena Figo pindah ke Real Madrid yang merupakan musuh bebuyutan Barcelona.

2. Scooter


Ini terjadi pada saat pertandingan Inter Milan vs Atalanta. Sebelum pertandingan dimulai, fans Inter mencuri scooter dari fans Atalanta dan memasukkannya ke dalam stadion. Scooter di simpan di tempat kosong di dalam Stadion San Siro dan berusaha diarahkan ke dalam lapangan.

3. Kelinci


Ini terjadi di Yunani, ketika pertandingan tim Apoel vs Omonia Nicosia berlangsung.

4. Vibrator


Suporter gila di Argentina melemparkan vibrator ke dalam lapangan.

5. Babi


Ini terjadi di suatu tempat di Polandia

6. Botol Whisky


Terjadi di Spanyol tahun 2006, pada saat pertandingan Atletico Madrid vs Sevilla.

7. Donat


Suporter Hajduk Split (Kroasia) memprotes presiden klub mereka dengan melempar donat ke dalam lapangan. Kebetulan Presiden Klub mereka mempunyai perusahaan kue donat.

8. Bola Pantai


Terjadi di Skotlandia pada pertandingan Celtics vs Glasgow.

9. Bola Tenis


Supertor sepakbola di Slovenia melempar bola tenis ke dalam lapangan.

12 Striker Sepakbola Terbaik Sepanjang Masa

12. Gabriel Batistuta
Ia menolak pindah ke klub lain meskipun Fiorentina degradasi ke Serie B Italia pada musim 1992/93. Namun pada tahun berikutnya, striker Argentina yang kerap disapa Batigol ini membawa klubnya kembali ke Serie A. Dari Newell's Old Boys hingga gantung sepatu di Al Arabi, Batigol mengemaskan total 254 gol dari 441 kali main. Setelah sembilan musim bersama Fiorentina, ia dijual ke AS Roma dan menjadi sumber inspirasi utama Giallorossi untuk meraih scudetto ketiga dalam sejarahnya.




11. Thierry Henry
Kala membela Arsenal, Henry menjadi topskor Liga Primer Inggris sebanyak empat kali (2002, 2004, 2005 dan 2006) dan menjadi pemain tersubur The Gunners dengan 226 gol dari semua kompetisi. Ia juga meraih dua gelar penting bersama timnas Prancis, yakni Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.




10. Roberto Baggio
Sayangnya, Baggio lebih diingat dengan kegagalannya mengeksekusi tendangan dari titik putih sehingga Italia kalah adu penalti melawan Brasil di final Piala Dunia 1994. Tapi, tanpa penampilan Baggio yang gemilang sepanjang turnamen itu, Azzurri tak mungkin mencapai final. Ia menjadi anak emas sepakbola Italia sejak bergabung dengan Fiorentina pada 1985, sebelum rekor transfernya ke Juventus menjelang Piala Dunia 1990. Dikenal dengan sebutan "The Divine Ponytail" karena rambut kuncir dan ketaatannya menjalankan agama Budha, Baggio meraih scudetto dua kali - bersama Juventus pada 1994/95, dan AC Milan pada musim berikutnya. Pemain Terbaik Dunia versi FIFA pada 1993.




9. Alessandro Del Piero
Juventus forever, per sempre, selamanya! Itulah si Pinturicchio yang sudah lima kali scudetto bersama Bianconeri dan menjadi ikon klubnya dengan 500 penampilan lebih. Sama halnya dengan Batigol, ia pun menolak keluar dari klubnya yang degradasi pada 2006 akibat kasus Calciopoli. Titel U-21 Eropa pada 1994 dan 1996 disandangnya, ditambah lagi gelar juara Piala Dunia 2006. Loyalitas adalah emas!




8. Marco van Basten
Torehan 218 gol dari 280 penampilan bersama Ajax dan AC Milan bukan prestasi yang mudah diraih. Ia juga mengoleksi hat-trick gelar pada 1992 - Pemain Terbaik Dunia versi FIFA, Pemain Terbaik Eropa, dan Pemain Terbaik Dunia. Marco van Basten menjadi pemain yang sukses mengikuti jejak Johan Cruyff, sekaligus memimpin Belanda juara Eropa untuk pertama kalinya pada 1988. Bersama AC Milan, ia meraih Piala Eropa pada 1989 dan 1990. Sayangnya, cedera pergelangan kaki memaksanya pensiun lebih dini. Meski demikian, Van Basten tetap berkiprah dalam dunia sepakbola. Ia melatih timnas Belanda pada 2004-08 dan kini mengasuh Ajax.

** Sayang, dia pensiun dini



7. Ronaldo (Ronaldo Luiz Nazario da Lima)
Sang fenomena ini sudah dua kali meraih hat-trick gelar Pemain Terbaik FIFA, Eropa dan Dunia. Nama Ronaldo mulai bangkit ketika melesatkan 58 gol dalam 60 pertandingan di awal karirnya bersama Cruzeiro pada 1993. Setelah dua musim yang gemilang bersama PSV Eindhoven, ia bergabung dengan Barcelona pada 1996 dan membukukan 34 gol dalam 37 laga untuk menjadi topskor. Bersama Inter Milan, Ronaldo 'mengejek' gaya pertahanan klub Italia lainnya. Alhasil, 25 gol dikemasnya, sekaligus membawa Inter juara Piala UEFA - semuanya dalam musim pertamanya. Ia juga meraih topskor pada dua musim pertamanya bersama Real Madrid. Duka kekalahan 3-0 dari Prancis pada final Piala Dunia 1998 terhapus, ketika Ronaldo membawa Brasil juara Piala Dunia berikutnya. Ia menjadi topskor dengan 8 gol, dan dua di antaranya dicetak di final melawan Jerman.




6. Bobby Charlton (Sir Robert Charlton)Inilah salah satu pemain terbaik Inggris sepanjang masa. Bobby Charlton meraih 106 caps dan 49 gol bersama timnas Inggris. Sebagai bagian dari "Busby Babes" yang selamat dari tragedi Munich 1958, Charlton sepuluh tahun kemudian membawa Manchester United menjadi klub pertama Inggris yang juara Piala Eropa. Charlton juga membantu tuan rumah Inggris meraih Piala Dunia 1966. Perlawanan Charlton kontra Eusebio di semifinal melawan Portugal dikenang sebagai pertandingan terbaik Inggris sepanjang masa.




5. Alfredo Di Stefano
Ketika membela Real Madrid, Di Stefano mengoleksi delapan titel Liga Spanyol dan memenangkan lima edisi pertama Piala Eropa. Ia juga melesatkan gol dalam setiap pertandingan final. Kepemimpinannya di lapangan ditambah skill menakjubkan membuat Di Stefano menjadi faktor utama Real Madrid mendominasi Eropa pada akhir 1950-an. Namun, Di Stefano gagal di tingkat internasional. Ia pernah memperkuat timnas Argentina, Kolombia dan Spanyol, tapi tak satupun gelar Piala Dunia direbut. Ia selalu dikenang ketika menciptakan hattrick saat Real Madrid membantai Frankfurt 7-4 untuk mengangkat trofi Piala Eropa kelima kalinya beruntun.




4. Ferenc Puskas
Inilah striker yang kualitasnya akan sulit ditemui lagi di Hongaria. Bersama timnas, ia mencatat rekor 84 gol dari 85 caps. Tubuhnya pendek, dadanya rata, tapi kekuatannya terletak pada kaki kirinya yang mampu melepaskan tembakan secepat kilat. Setelah meraih medali emas Olimpiade 1952 sekaligus mengakhiri dominasi Inggris di Eropa, timnas Hongaria menjadi favorit juara Piala Dunia 1954. Tim berjuluk "Mighty Magyars" melesakkan 17 gol dalam babak grup sebelum menyingkirkan Brasil dan Uruguay. Meskipun cedera berat, Puskas memaksakan dirinya tampil di final, bahkan mencetak gol sebelum kalah secara menyakitkan oleh Jerman Barat.




3. Eusebio (Eusebio da Silva Ferreira)
Pemenang Sepatu Emas di Piala Dunia 1966 ini mencetak sembilan gol buat Portugal sebelum tersingkir di semi-final oleh tuan rumah Inggris, yang kemudian keluar sebagai juara. Eusebio menjadi pemain Afrika pertama (kelahiran Mozambique) sehingga dikenal sebagai "Pele versi Eropa" - dan hingga kini masih dinobatkan sebagai pemain terbaik Portugal sepanjang masa. Dari Benfica hingga Sporting Lisbon, nama Eusebio bersinar di usia 19, ketika mencetak hat-trick ke gawang Santos (yang kala itu diperkuat Pele) pada Turnamen Paris 1961. Eusebio menjadi topskor Liga Portugal tujuh kali dan meraih Pemain Terbaik Eropa pada 1965. Dua golnya ke gawang Real Madrid membantu Benfica meraih Piala Eropa untuk kedua kalinya pada 1962. Sayangnya, ia cedera lutut dan terpaksa gantung sepatu pada umur 32 tahun. Ia menorehkan 41 gol dari 64 caps internasional.




2. Johan Cruyff

Inilah master of total football. Kapten Cruyff memimpin Belanda di Piala Dunia 1974, dengan mencetak dua gol baik ke gawang Argentina maupun Brasil, sebelum dikalahkan Franz Beckenbauer dan Jerman Barat di partai puncak. Johan Cruyff merupakan nama paling terkenal dalam sejarah sepakbola Belanda. Ia menjadi pemeran utama dalam dominasi Ajax di kancah Eropa pada era 1970-an. Ia mendominasi Belanda dengan delapan titel domestik bersama Ajax ditambah satu lagi di Feyenoord. Tiga gelar Piala Eropa berturut-turut diraih pada 1970 hingga 1973 sebelum hijrah ke Barcelona. Ia pensiun menjelang Piala Dunia 1978, dan selanjutnya sukses melatih dua bekas klubnya.






LAST, THE KING (Juaranya gan)


1. Pele (Edson Arantes do Nascimento)

Pada usia 17 tahun, Pele memborong enam gol di Piala Dunia 1958, dan menjadi sumber inspirasi Brasil meraih titel pertamanya. Karirnya penuh dengan prestasi, di dalam maupun luar lapangan, dan saat ini menjadi duta besar sepakbola. Angka-angkanya: 470 gol dalam 412 penampilan bersama Santos, dan 77 gol dari 92 caps di timnas Brasil. Tiga kali juara Piala Dunia, sepuluh titel Campeonato Paulista, dua Copa Libertadores. Butuh penjelasan apa lagi?

Kostum&Nomor yg Kreatif

1. Masih ingat Ivan Zamorano? Mantan striker Inter Milan asal Chile ini sempat mengenakan nomor punggung aneh. Nomor punggung 18 yang ditambahi tanda + diantara angka 1 dan 8 menjadi miliknya saat itu.

Bukan tanpa alasan tentunya. Zamorano mengenakan nomor tersebut setelah ia dipaksa menanggalkan nomor sembilan yang diserahkan pada Ronaldo.



2. Tahun 2002 Puma menggebrak bersama tim Kamerun dengan kaus tanpa lengan. Seragam itu dipakai sejak Piala Afrika. Hingga FIFA kemudian meminta mereka mengenakan lengan. Puma cepat merespons dengan menambahkan aksesori warna hitam untuk memenuhi syarat itu. Dua tahun kemudian, Puma kembali memperkenalkan seragam serupa untuk ofisial sepak bola, dan tidak apa-apa.

Senin, 12 April 2010

SAD Indonesia


Sejarah SAD Indonesia, Cita-Cita Anak Negeri Tampil Di Pentas Dunia


S.A.D. Indonesia U-18

Berdiri: 1930

Alamat: Main Stadium Gelora Bung Karno Gate X-XI Senayan Indonesia

Telpon: (62) 21 570 4762

Ketua: Drs. H.A.M Nurdin Halid

Direktur: Nugraha Besoes, SE (General Secretary)

Stadion: Gelora Bung Karno
Sejarah
SAD Indonesia, Cita-Cita Anak Negeri Tampil Di Pentas Dunia

Cita-cita menyaksikan anak negeri tampil di pentas sepakbola dunia terus hidup dari masa ke masa.

Prestasi terakhir timnas Indonesia yang dapat dibanggakan adalah medali emas SEA Games Manila 1991. Saat itu, trio pelatih Anatoly Polosin, Vladimir Urin, dan Danurwindo menerapkan sistem pelatnas jangka panjang berupa latihan fisik yang berat bagi para anggota skuad timnas. Pelatnas yang dilakukan selama beberapa bulan itu banyak diserang kritik, namun akhirnya semua bungkam saat medali emas dikalungkan ke leher kapten Ferril Raymond Hattu.

Model pelatnas jangka panjang juga sudah dikenal pada era Tony Pogacnik. Menjelang Asian Games 1962, dibentuk dua tim, Indonesia Banteng dan Indonesia Garuda, yang bermaterikan para pemain senior dan pemain muda. Kompetisi yang terbangun di antara kedua tim dipercaya menghasilkan pemain berkualitas terbaik yang akan membawa Indonesia berjuang merebut medali emas cabang sepakbola dalam pesta olahraga terbesar Asia itu.

Bisa dibilang, pelatnas jangka panjang adalah metode utama yang digunakan untuk membentuk timnas yang tangguh. Contoh terakhir adalah pelatnas yang dijalankan Ivan Kolev menjelang Piala Asia 2007, sehingga menghentikan kompetisi Liga Indonesia selama tiga bulan penuh.

Pada awal 1980-an, muncul terobosan dari Ketua Umum PSSI Ali Sadikin dengan mengirimkan timnas berlatih ke Brasil. Pilihan ditempuh karena timnas Merah-Putih mulai kering prestasi, terakhir menjuarai Piala Anniversary di Jakarta, 1972. Tim dikenal dengan nama Indonesia Binatama. Proyek ini sempat berjalan selama enam bulan. Akibat bermasalah dengan kualitas pelatih, proyek dihentikan.

Ide pengiriman tim berlatih ke luar negeri kembali tercetus pada era kepemimpinan Azwar Anas, pertengahan 1990-an. Demi cita-cita tampil di pentas dunia pada 2002, Indonesia mengirimkan tim untuk mengikuti kompetisi di Italia. Bedanya, kali ini tim yang dikirimkan adalah tim yunior. Kelak tim tersebut dikenal dengan nama kompetisi U-19 yang mereka ikuti, Indonesia "Primavera".

Proyek tersebut diulangi setahun kemudian dengan mengirimkan tim mengikuti kompetisi U-16, dan tentu saja dikenal masyarakat dengan nama Indonesia "Barretti". Setali tiga uang dengan proyek Brasil, generasi Primavera dan Barretti gagal membuahkan prestasi yang gemilang.

Cita-cita menyaksikan anak negeri bermain di pentas sepakbola dunia ternyata terus hidup sepanjang masa. Pada 25 Januari 2008, dikirim 25 pemain timnas Indonesia U-16 untuk mengikuti kompetisi taruna Quinta Division di Uruguay. Proyek tersebut direncanakan berlangsung selama empat tahun. Di Uruguay, tim muda Indonesia akan dilatih Cesar Payovich Perez dan asisten Jorge Anon. Seperti yang dikutip dari Sinar Harapan, proyek menelan dana Rp12,5 miliar per tahun dan bertujuan mencetak pemain Indonesia yang berkualitas, bukan sebuah tim seperti generasi Primavera dan Barretti terdahulu.

Soal pendidikan yang menjadi hak dari para pemain muda tersebut, Ketua BTN Rahim Soekasah berjanji akan mendaftarkan mereka ke Sekolah Ragunan dan pendidikan akademik dilakukan dengan sistem modul.

Tim juga direncanakan berujicoba keliling Asia pada Juli 2008, saat kompetisi sedang libur, dan diakhiri dengan bertanding di stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Namun, rencana tersebut tidak kesampaian. Bahkan untuk mengikuti Piala Asia U-16 di Uzbekistan, akhir tahun silam, alih-alih mengirimkan tim dari Uruguay, PSSI memutuskan mengirim tim hasil seleksi lokal.

Pada tahun pertama, "SAD" [kependekan dari Sociedad Anonima Deportiva -- secara harfiah berarti "korporasi olahraga"] Indonesia mengikuti kompetisi mulai Maret hingga November 2008. Selama kompetisi tersebut, SAD Indonesia bertanding 23 kali, dengan rekor enam kemenangan dan sisanya kalah. Berkat hasil tersebut, tim masa depan Merah-Putih berada di posisi ke-19 klasemen akhir Quinta Division. Klub tangguh Uruguay, Danubio, menjuarai kompetisi.

Ketika masa kompetisi usai, tim pulang ke Indonesia beserta pelatih Cesar. Sambil beristirahat dan menjalankan program pribadi, Cesar berkeliling Indonesia untuk mencari pemain baru yang akan disertakan dalam tim tahun kedua. Seleksi dilakukan dan hasilnya tujuh pemain baru tampil menggantikan para pemain yang tercoret.

Kompetisi tahun kedua sudah berjalan dan sementara tulisan ini dibuat, SAD Indonesia sudah bertanding sebanyak lima kali dan mencatat rekor satu kemenangan, satu kali imbang, tiga kekalahan, serta selisih gol 6-5. Tim akan dipersiapkan tampil pada babak kualifikasi Grup F Piala Asia U-19 di Jakarta. Indonesia bergabung bersama Australia, Jepang, Singapura, Cina Taipei, dan Hong Kong.

Masih panjang jalan generasi Uruguay ini untuk menjadi pemain yang bisa dibanggakan Indonesia. Dan, meski harus terus menunggu, harapan tetap akan tumbuh...

Anggota Tim Tahun Pertama:
Kiper: Alwi Syahrul Karim, Tri Windu Anggono, Dimas Galih Pratama.
Bek: Taji Prashetio, Reza Inas Setiarachman, Yericho Christiantoko, Imam Agus Faisal, Reffa Arvindo Badherun Money, Sutanto, Ferdiansyah, Alfin Ismail Tuasalamony.
Gelandang: Mochammad Zainal Haq, Ridwan Awaludin, Davitra, Feri Firmansyah, Finky Pasamba, Lutfi Hidayat, Ismail Marzuki, Mochammad Chairudin.
Penyerang: Novri Setiawan, Alan Martha, Burhanudin Bayu Saputra, Yandi Sofyan Munawar, Sahlan Sodik, Syamsir Alam.

Anggota Tim Tahun Kedua:
Kiper: Tri Windu Anggono, Dimas Galih, Beny Stya Yoewanto.
Bek: Yericho Christiantoko, Reffa Arvindo Badherun Money, Mokhamad Syaifudin, Sedek Sanaky, Alfin Tuasalamony, Ferdiansyah, Taji Prashetio, Imam Agus Faisal.
Gelandang: Mochamad Zainal Haq, Feri Firmansyah, Ismail Marzuki, Rizky Ahmad Sanjaya Pellu, Abdul Rahman Lestaluhu, Rinaldi Gunapradiptha, Ridwan Awaludin.
Penyerang: Sahlan Sodik, Vava Mario Yagalo, Syaiful Bachri Ohorella, Syamsir Alam, Alan Martha, Novri Setiawan, Yandi Sofyan Munawar.

Pemain Bola dgn Speed tercepat!!

5. Robin van Persie (32,1 km/jam)



4. Wayne Rooney (32,6 km/jam)



3. Theo Walcott (32,7 km/jam)



2. Arjen Robben (32,9 km/jam)



1. CR9 (33,6 km/jam)



Uniknya, peraih Ballon d'Or Lionel Messi yang terkenal lincah dalam menggiring bola tak masuk dalam daftar lima besar.

Mungkin hal ini senada dengan pendapat bos Manchester United Sir Alex Ferguson dahulu, "Ronaldo sama cepatnya dalam menggiring bola dibandingkan tanpa bola, bahkan mungkin lebih cepat."

Apakah hal ini juga pengaruh dari pertemanan kapten Portugal itu dengan pencetak rekor lari 100 meter dunia Usain Bolt? Konon, Cristiano telah meminta saran dari pelari Jamaika itu tentang cara berlari terbaik dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Dapet Kartu Kuning Karena Kentut Didepan Wasit


Salah mengartikan bisa terjadi di mana saja. Termasuk di dunia sepak bola,,

Pemain sepak bola Levi Foster mendapatkan kartu kuning karena kentut di depan muka wasit pertandingan saat itu. Detik jelang kick off pemain AFC GOP ini menunduk untuk mengecek sepatu yang digunakannya. Dan tanpa aba-aba pemain ini kentut!

Wasit pertandingan Bunny Reid yang tepat berada di sebelahnya merasa terhina dan langsung mengeluarkan kartu kuning. Nggak sampe situ aja. Wasit mengancam akan mengeluarkan Foster dari pertandingan.

Untung Foster buru-buru minta maaf dan mengatakan kalo insiden itu nggak beneran nggak disengaja. Reid pun akhirnya memaafkan dan berujung pada tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Foster.

Lucunya pas pertandingan usai, Foster dinobatkan sebagai Man of the Match. Dan di akhir pertandingan cowok berumur 30 tahun ini mengaku kalo semalam dirinya abis makan kari.

Alex Sanchez, Pesepakbola Dengan Satu Tangan

Alex Sanchez, bukanlah pesepakbola biasa. Debutnya selama 15 menit bersama timnya,Real Zaragoza, melawan tim kuat Valencia di Liga Spanyol musim 2009-2010 menjadi pembicaraan banyak orang. Pemain ini terlahir dengan kelemahan fisik yaitu terlahir dengan satu tangan. Pertandingan yang digelar ini merupakan salah satu dari pertandingan Liga BBVA,liga kasta tertinggi di Spanyol(yang berisi Real Madrid dan Barcelona)



Alex Sanchez sudah bermain sepakbola sejak berusia lima tahun. Selama berkarir, Alex tidak pernah merasa cacatnya sebagai beban. Bahkan, ketika sedang berlatih, Alex sering menjadi kiper.

Alex sendiri juga tidak pernah lepas dari cemoohan. "Biasalah orang sebenarnya tahu kecacatan bukan sesuatu yang pantas untuk diketawakan. Semakin dewasa,saya menyadari dan makin mampu mengatasi hal seperti ini yang sering saya alami ketika masih kecil",demikian jawaban Alex Sanchez ketika ditanya tentang pengalaman menghadapi kecacatannya.

Sebagai pemain muda Alex Sanchez,20 tahun, menyadari bahwa dirinya masih mampu meraih prestasi yang lebih tinggi. Untuk itu, dia tetap berlatih keras dan tidak mau menyerah untuk meraih prestasi yang lebih tinggi lagi seperti pemain bintang pada umumnya


biodata:

Nama :Alejandro Sánchez López
Tanggal lahir :6 Juni 1989
Tempat lahir :Zaragoza, Flag of Aragon.svg Aragón
Tinggi :1,80 m
Posisi :Striker
Current club :Zaragoza
Number :31
PERJALANAN KARIR
Years Team app. (Goals)
2008– Universidad Zaragoza 23 (23)
2008– Zaragoza B 10 (4)
2009– Zaragoza 1 (0)

Maskot Piala Dunia dari 1966 - 2010

1.) INGGRIS 1966



World Cup Willy
Sebuah singa, merupakan simbol tipikal dari Kerajaan Inggris, mengenakan kaos Union Jack dengan kata "WORLD CUP".


2.) MEKSIKO 1970


Juanito

Seorang anak laki-laki mengenakan seragam Meksiko dan sebuah topi sombrero (dengan kata-kata "MEXICO 70"). Namanya merupakan nama kecil dari "Juan", sebuah nama umum dalam bahasa Spanyol.

3.) JERMAN BARAT 1974



Tip and Tap
2 anak laki-laki mengenakan seragam Jerman, dengan huruf WM (Weltmeisterschaft, World Cup, Piala Dunia) dan angka 74.

4.) ARGENTINA 1978



Gauchito
Seorang anak laki-laki mengenakan seragam Argentina. Topinya (dengan kata ARGENTINA '78), syal dan cambuk merupakan tipikal dari seorang gaucho.

5.) SPANYOL 1982



Naranjito
Sebuah jeruk, sebuah buah yang menjadi ciri khas Spanyol, mengenakan seragam dari Spanyol. Namanya berasal dari kata naranja, Bahasa Spanyol dari jeruk, dan kata pengecil "-ito".

6.) MEKSIKO 1986



Pique
Sebuah lada jalapeño, karakteristik dari masakan Meksiko, dengan kumis dan mengenakan topi sombrero. Namanya berasal dari kata picante, Bahasa Spanyol dari rempah-rempah dan saus.

7.) ITALIA 1990



Ciao
Seorang pemain stick figure dengan kepala bola sepak dan tubuh berwarna bendera Italia. Namanya merupakan kata sapaan dalam Bahasa Italia.

8.) AMERIKA SERIKAT 1994



Striker
Seekor anjing, mengenakan seragam Amerika Serikat dengan kata-kata "USA 94".

9.) PERANCIS 1998



Footix
Seekor unggas, salah satu dari simbol nasional Perancis, dengan kata "FRANCE 98" di dada. Tubuhnya sebagian besar biru, seperti kaos seragam Perancis dan namanya merupakan sebuah kata portmanteau dari "sepak bola" dengan akhiran "-ix" dari Astérix. Nama lain yang sempat diajukan adalah "Raffy", "Houpi", dan "Gallik".

10.) KOREA DAN JEPANG



Ato, Kaz and Nik (The Spheriks)
Oranye, ungu, dan biru futuristik, makhluk ciptaan komputer. Mereka merupakan anggota sebuah tim "Atmoball" (permainan fiksi semacam sepak bola), Ato adalah pelatih sedangkan Kaz dan Nik adalah pemain.

11.) JERMAN 2006



Goleo dan Pille
Seekor singa mengenakan kaos Jerman dengan angka 06 dan sebuah bola sepak berbicara, Pille. Goleo adalah sebuah portmanteau dari kata "goal" dan "leo", kata latin dari singa. Di Jerman, "Pille" adalah kata sehari-hari untuk menyebut sepak bola.

12.) AFRIKA SELATAN 2010



Zakumi
Zakumi adalah nama maskot Piala Dunia 2010 yang akan digelar di Afrika Selatan. Zakumi adalah seekor macan tutul dengan rambut nyentrik berwarna hijau, Zakumi lahir tanggal 16 Juni 1994 yang bertepatan dengan hari pemuda di Afrika Selatan. Pada tahun 2010 Zakumi akan berusia 16 tahun, yang akan dirayakan secara global dengan tajuk piala dunia 2010.

Nama Zakumi berasal dari kata “Za”, kode untuk Afrika Selatan, dan “kumi”, sebuah kata yang berarti sepuluh dalam berbagai bahasa Afrika. Zakumi mengenakan kostum hijau dan kuning (emas), yang juga menjadi warna dominasi seragam tim Afrika Selatan.

Sejarah Jaring Gawang

Dalam dunia sepak bola, penggunaan gawang memang sangat penting. karna gawang adalah sarana yang digunakan untuk menentukan gol atau tidaknya bola yang ditendang atau disundul ke arah gawang . Proses penentuan gol didasarkan pada lewat atau tidaklah bola melalui garis gawang yang ditarik dari 2 tiang gawang tersebut.



Tapi dulu aturan resmi tentang gawang masih belum pasti. Barulah pada konferensi FA pada bulan desember 1882 ada aturan resmi tentang gawang. yaitu tentang definisi gawang. yaitu berupa dua tiang dengan jarak 8 yard yang diatasnya diberi mistar dengan tinggi 8 kaki dari tanah

Tapi dalam aturan itu belum dibahas tentang adanya penggunaan jaring gawang. Hal ini dikarenakan fungsi jaring gawang belum terlalu penting dalam pertandingan. sehingga gawang pada jaman dahulu hanya berupa 2 tiang yang dihubungkan dengan mistar dan tanpa jala atau jaring.

Tapi lama-kelaman gawang yang hanya berupa 2 tiang dan satu mistar ini justru membuat pertandingan sepak bola menjadi kacau dan ricuh. kenapa ? karna jika ada bola yang masuk gawang dengan kecepatan yang sangat cepat, maka kadang si pemain tak dapat menentukan apakah itu gol atau tidak, apalagi jika bola yang masuk gawang itu dilihat dari samping gawang.

Oleh kana itu diperlukanlah suatu alat yang dapat menentukan gol atau tidaknya bola yang masuk gawang. Dan barulah pada tahun 1981 penggunaan jaring gawang mulai digunakan.
( atas usul penduduk birmingham ). Mereka beranggapan bahwa jika bola masuk ke gawang, maka jala akan bergetar , sehingga tidak akan ada kontroversi tentang masuk atau tidaknya bola yang masuk ke gawang dengan kecepatan tinggi.

Jala gawang itu dibuat dan dipatenkan oleh seorang warga liverpool bernama Brodie,Dan jala gawang pertama kali digunakan pada pertandingan tim sepak bola The North vs The South pada januari 1981

10 kostum legenda

10. Juventus, 1997

Kostum ini dipakai Juventus sebagai peringatan 100 tahun berdirinya La Vecchia Signora. Warna merah jambu (pink) dipakai karena warna itulah yang dipakai saat Juve pertama kali berdiri. Untungnya, saat memasukki abad ke-20, kostum hitam-putih mulai dipakai. Jika tidak, mungkin julukan Juventus kini menjadi Colore Rosa (pink) yang jauh lebih feminim.




9. Kroasia, 1996

Pada penampilan perdananya di turnamen besar, Kroasia langsung menggebrak dunia karena berhasil masuk hingga perempat-final Euro 1996 di Inggris. Bermaterikan beberapa pemain bekas tim juara Piala Dunia Yunior 1987, Kroasia hanya kalah dari Jerman, yang akhirnya menjadi juara, di Old Trafford. Kostum kotak-kotak merah-putih juga menjadi inovasi tersendiri dalam kejuaraan itu.



8. Ajax Amsterdam

Bagian vertikal merah di tengah dan diapit oleh putih di masing-masing sisi menjadi ciri khas tersendiri bagi raksasa Belanda ini. Mungkin hanya perubahan sponsor yang memberikan sentuhan berbeda yang tak signifikan untuk jersey yang unik tetapi sederhana ini.



7. Denmark, 1986

Kostum ini mendatangkan cukup banyak kontroversi, serupa seperti kemunculan tim Skandinavia ini. FIFA sempat ikut campur dalam masalah ini, karena bukan hanya baju yang separuh merah dan putih, tetapi juga celana. Akhirnya, celana pun berubah menjadi putih, tetapi prestasi Denmark di Piala Dunia Meksiko 1986 tetap luar biasa dengan mencatat nilai sempurna di babak grup termasuk dari tim kuat Jerman Barat, tetapi akhirnya dibantai Spanyol di 16 besar.



6. Real Madrid, 1960-an

Kejayaan Real Madrid pada era 1960-an di atas lapangan hijau, bukan hanya memberikan inspirasi dari permainan mereka di lapangan, tetapi juga dari kostum tim yang digunakan. Warna putih polos dan tak dirusak oleh motif ataupun logo dicontoh oleh banyak tim, termasuk Leeds United dan kini LA Galaxy.



5. Jorge Campos, 1990-an

Kiper Meksiko ini menjadi satu-satunya peserta individu yang masuk dalam daftar ini. Kiper eksentrik ini dikenal dengan kepiawaiannya di bawah mistar, dan lebih karena kostumnya yang unik. Campos dikenal sering merancang sendiri kostum yang dipakai. Meskipun terkadang aneh dan tak masuk akal sehat, tetapi keberaniannya untuk tampil beda patut diacungi jempol.



4. Glasgow Celtic, 1967

Selain sukses meraih gelar Liga Champions, Glasgow Celtic juga berhasil mencuri perhatian karena jersey yang digunakan. Celtic pernah menggunakan kostum tanpa nomor punggung! Nomor hanya terdapat di celana, hingga akhirnya UEFA meminta Celtic untuk memasang nomor di punggung mereka.



3. Belanda (Johan Cruyff), 1974

Masalah sponsor, serupa seperti yang terjadi terhadap pebasket Michael Jordan pada Olimpiade Barcelona 1992, ternyata juga terjadi di dunia sepakbola. Johan Cruyff menolak memakai tiga garis yang menghiasi kostum tim Oranye pada Piala Dunia 1974 karena ia memiliki kontrak pribadi dengan Puma. Sebagai solusi, akhirnya hanya ada dua garis pada kostum Cruyff. Selain itu, Cruyff juga ngotot mengenakan nomor punggung 14, meskipun saat itu Belanda mengatur nomor punggung berdasarkan abjad pemain.

Tampak jelas hanya terdapat dua garis hitam membujur di atas pundak dan lengan Cruyff serta nomor 14 pada celananya




2. Prancis, 1984 dan 1998

Kostum Les Bleus pada Piala Eropa 1984 punya makna tersendiri bagi rakyat Prancis. Saat itu, Michel Platini berhasil membawa Prancis juara Euro 1984. Saat menggelar Piala Dunia 1998, Prancis memutuskan mengenakan kostum serupa seperti yang digunakan Platini pada 1984 dengan harapan Zinedine Zidane dkk. berhasil menjadi juara. Harapan itu terkabul, dan Zidane mengikuti jejak Platini mengangkat piala bergengsi bagi Prancis dengan kostum serupa.



1. Indonesia, 1956

Salah satu prestasi terbaik timnas Indonesia antara lain adalah lolos ke Olimpiade Melbourne 1956, dan bahkan sempat menahan imbang tanpa gol Uni Soviet, sebelum akhirnya Uni Soviet berhasil menggilas Indonesia pada partai ulangan dan kemudian berhasil meraih medali emas. Kostum hijau putih konon menjadi salah satu kostum yang digunakan tim Merah Putih saat itu dan kemudian sempat dipakai hingga 1981. Setelah hilang lebih dari dua dasawarsa, unsur hijau kembali hadir untuk kostum Piala Asia 2007. Kostum untuk Piala Asia 2007 itu mendapat sambutan hangat karena pemasaran yang cukup gencar dan dijual bebas, tetapi sayang kemiripan warna itu tidak mencapai keberhasilan yang sama seperti Prancis. Tim PSSI mampu tampil cukup baik pada Piala Asia 2007, tetapi kemudian harus mengakui kehebatan raksasa Asia lain dan setelah itu Garuda kembali meredup.